sebagai anak laki-laki menjadi hal tabu bagiku untuk bekerja yang menjadi bidang dari wanita., itulah persepsiku ketika aku beranjak menjadi remaja. dan sekarang sungguh menggelikkan ketika aku mengingat persepsi ku iti karena jurusana yang gw ambil. namun, di balik itu semua gw sangat mensyukuri apa yang telah aku lalui di bidang kesehaatan tepany di dunia keperawatan.
hmmm,, semua itu berawal dari anjuran tante ku, awalnya aku ingin sekali masuk ekonomi ataupun akutansi (padahal ane dlu masuk IPA), hasrat itu sebenarnya dah tumbuh ketika gw baru mengenal ekonomi di SMP. akhirnya, gw pun harus menerima takdir menjadi calon perawat. :(
semester 1 adalah di mana merupakan masa-masa yg paling buruk di dalam perkulihanku, aku benar-benar ga habis pikir dengan jalan pikiranku memilih yang memang bukan benar-benar bidang yang gw sukain. aku ga tahu, hingga Membuat nilai IP ku sangat rendah yaitu 2,91. tp aku masih bisa bersyukur karena masih mampu mengikuti mata kuliah walau bukan dengan hati yang ikhlas.
semester 2 dan 3 adalah masa transisi buatku, karena disini aku telah mulai menerima atau dengan istilah "terlanjur basah" heheh.. aku pun perlahan mulai menaikan indeks prestasiku yaitu 3.31. dan 3.3
semester 4 adalah pembuktian sesungguhnya kalau aku benar-benar "MENCINTAI" dunia keperawatan. perlahn tapi pasti gw meraih hasil maksimal dimana mata kuliat seperti Kep. anak, Maternitas, Jiwa dan KMB III dan KMB IV gw lahap dengan sempurna yaitu "A". tingginya nilai SKS untuk semua mata kuliah itu aku lalui dengan suka cita (semua mat kul 4 sks kecuali KMB IV 3 sks) sungguh sebuah suka cita yang amat mendalam.
dan Semester V bisa meraih IP 3,62.
ini semua tak akan pernah bisa tanpa sahabat-sahabat gw seperti Ricky, Nasrul, Susi, Welmi, Uci dan tentu anak-anak KOSABE (katanya sih angkatan/kelas paling kreatif dan kritis)
Catatan Kecil Calon Perawat
Jumat, 03 Februari 2012
Askep Kejang Demam
BAB II
TINJAUAN
TEORI
A. Pengertian
Ada beberapa pengertian
mengenai kejang demam antara lain ;
1.
Kejang demam merupakan
bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (Rectal di atas
38 C) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium (Ngastiyah, 1997: 229)
2.
Kejang demam : bangkitan kejang yang terjadi pada
kenaikan suhu tubuh (suhu tubuh rectal di atas 38 C) yang disebabkan oleh suatu
proses ekstrakranium (Mansjoer, A.dkk. 2000: 434)
3.
Kejang demam : kejang yang terjadi pada suhu badan yang
tinggi yang disebabkan oleh kelainan ekstrakranium (Lumban tobing, 1995: 1)
4.
Kejang demam : gannguan sementara yang terjadi pada
anak-anak yang ditandai dengan demam (Wong, D.T. 1999: 182)
5.
Kejang demam adalah bangkitan kejang terjadi pada
kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38° c) yang disebabkan oleh suatu
proses ekstrakranium. Kejang demam sering juga disebut kejang demam
tonik-klonik, sangat sering dijumpai pada anak-anak usia di bawah 5 tahun.
Kejang ini disebabkan oleh adanya suatu awitan hypertermia yang timbul mendadak
pada infeksi bakteri atau virus. (Sylvia A. Price, Latraine M. Wikson, 1995).
Dari
pengertian diatas dapat disimpulkan kejang demam adalah bangkitan kejang yang
terjadi karena peningkatan suhu tubuh yaitu 38o C yang sering di jumpai pada
usia anak dibawah lima
tahun.
B.
Patofisiologi
1.
Etiologi
Menurut Mansjoer, dkk (2000: 434) ada beberapa penyebab kejang pada anak yaitu ;
Menurut Mansjoer, dkk (2000: 434) ada beberapa penyebab kejang pada anak yaitu ;
a)
Demam
itu sendiri
Demam yang disebabkan oleh
infeksi saluran pernafasan atas, otitis media, pneumonia, gastroenteritis, dan
infeksi saluran kemih, kejang tidak selalu timbul pada suhu yang tinggi.
b)
Efek
produk toksik daripada mikroorganisme
c)
Respon
alergik atau keadaan umum yang abnormal oleh infeksi.
d) Perubahan
keseimbangan cairan dan elektrolit.
e) Ensefalitis
viral (radang otak akibat virus) yang ringan, yang tidak diketahui atau
enselofati toksik sepintas.
Menurut staf pengajar ilmu kesehatan anak FKUI (1985:
50), faktor presipitasi kejang demam: cenderung timbul 24 jam pertama pada
waktu sakit demam atau dimana demam mendadak tinggi karena infeksi pernafasan
bagian atas. Demam
lebih sering disebabkan oleh virus daripada bakterial.
2. Proses
Untuk
mempertahankan kelangsungan hidup sel/organ otak diperlukan energi yang didapat
dari metabolisme. Bahan baku
untuk metabolisme otak yaitu glukosa sifat proses ini adalah oksidasi dengan
perantaraan fungsi paru-paru dan diteruskan ke otak melalui sestem
kardiovaskuler.
Dari
uraian di atas, diketahui bahwa sumber energi otak adalah glukosa yang melalui
proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air. Sel yang dikelilingi oleh membran
yang terdiri dari permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik.
Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion
kalium (K+) dan sangat sulit oleh natrium (Na+) dan elektrolit lainnya kecuali
ion klorida (Cl-). Akibatnya konentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan ion Na+
rendah, sedang di luar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena keadaan
tersebut, maka terjadi perbedaan potensial membran yang disebut potesial
membran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini
diperlukan energi dan bantuan enzim Na - K Atp – ase yang terdapat pada
permukaan sel.
Keseimbangan
potensial membran ini dapat diubah oleh perubahan konsentrasi ion di ruang
ekstraseluler. Rangsangan yang datangnya mendadak seperti mekanis, kimiawi atau
aliran listrik dari sekitarnya dan perubahan patofisiologi dan membran sendiri karena
penyakit atau keturunan.
Pada
demam, kenaikan suhu 1o C akan mengakibatkan kenaikan suhu 1o C akan
mengakibatkan metabolisme basal 10 - 15 % dan kebutuhan O2 meningkat 20 %.
Pada seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang dewasa (hanya 15%) oleh karena itu, kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu singkat terjadi difusi dari ion kalium dan natrium melalui membran listrik. Ini demikian besarnya sehingga meluas dengan seluruh sel dan membran sel sekitarnya dengan bantuan bahan yang tersebut ”neurotransmitter” dan terjadi kejang.
Pada seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang dewasa (hanya 15%) oleh karena itu, kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu singkat terjadi difusi dari ion kalium dan natrium melalui membran listrik. Ini demikian besarnya sehingga meluas dengan seluruh sel dan membran sel sekitarnya dengan bantuan bahan yang tersebut ”neurotransmitter” dan terjadi kejang.
Pada
anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang dapat terjadi pada suhu 38C dan
anak dengan ambang kejang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 40o C atau
lebih, kejang yang berlangsung lama (>15 menit) biasanya disertai apnea.
Meningkatnya kebutuhan O2 dan untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi
hipoksemia, hiperkapnia, denyut jantung yang tidak teratur dan makin
meningkatnya suhu tubuh karena tingginya aktifitas otot dan selanjutnya
menyebabkan metabolisme otek meningkat. Faktor terpenting adalah gangguan
peredaran darah yang mengakibatkan hipoksia sehingga meningkatkan permeabilitas
kapiler dan timbul oedema otak yang mengakibatkan kerusakan sel neuron otak
(Hasan dan Alatas, 1985: 847 dan Ngastiyah, 1997: 229)
3. Manifestasi
Klinis
Kebanyakan
kejang demam berlangsung singkat, bilateral, serangan berupa klonik atau
tonik-klonik. Umumnya kejang berhenti sendiri. Begitu kejang berhenti anak
tidak memberi reaksi apapun untuk sejenak, tetapi setelah beberapa detik atau
menit anak terbangun dan sadar kembali tanpa adanya kelainan saraf. Kejang
demam dapat berlangsung lama dan atau parsial. Pada kejang yang unilateral
kadang-kadang diikuti oleh hemiplegi sementara (Todd’s hemiplegia) yang
berlangsung beberapa jam atau bebarapa hari. Kejang unilateral yang lama dapat
diikuti oleh hemiplegi yang menetap. (Lumbantobing,SM.1989:43)
Menurut
Behman (2000: 843) kejang demam terkait dengan kenaikan suhu yang tinggi dan
biasanya berkembang bila suhu tubuh mencapai 39C atau lebih ditandai dengan
adanya kejang khas menyeluruh tionik klonik lama beberapa detik sampai 10
menit. Kejang demam yang menetap > 15 menit menunjukkan penyebab organik
seperti proses infeksi atau toksik selain itu juga dapat terjadi mata terbalik
ke atas dengan disertai kekakuan dan kelemahan serta gerakan sentakan terulang.
4. Klasifikasi
Menurut Livingston (1954, 1963)
kejang demam dapat diklasikfikasi sebagai berikut:
a.
Kejang
demam sederhana
Kejang demam sederhana yaitu
kejang berlangsung kurang dari 15 menit dan umum. Adapun pedoman untuk
mendiagnosa kejang demam sederhana dapat diketahui melalui kriteria Livingstone
yaitu :
1)
Umur
anak ketika kejang antara 6 bulan sampai 4 tahun
2) Kejang
berlangsung hanya sebentar, tidak lebih dari 15 menit.
3)
Kejang
bersifat umum
4)
Kejang
timbul dalam 16 jam pertama setelah timbul demam.
5) Pemeriksaan
saraf sebelum dan sesudah kejang normal
6) Pemeriksaan
EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu sesudah suhu normal tidak menunjukan
kelainan.
7) Frekuensi
kejang bangkitan dalam 1 tahun tidak melebihi 4 kali
b.
Kejang
kompleks
Kejang kompleks adalah tidak
memenuhi salah satu lebih dari ketujuh criteria Livingstone. Menurut Mansyur (
2000 ) biasanya dari kejang kompleks diandai dengan kejang yang berlangsung
lebih dari 15 menit, fokal atau multiple ( lebih dari 1 kali dalam 24jam). Di
sini anak sebelumnya dapat mempunyai kelainan neurology atau riwayat kejang
dalam atau tanpa kejang dalam riwayat.
5. Komplikasi
Menurut Arif Mansjoers ( 2000 ) Komplikasi kejang
demam umumnya berlangsung lebih dari 15 menit yaitu :
a. Kerusakan otak
Terjadi melalui mekanisme eksitotoksik neuron saraf
yang aktif sewaktu kejang melepaskan glutamat yang mengikat resptor MMDA ( M
Metyl D Asparate ) yang mengakibatkan ion kalsium dapat masuk ke sel otak yang
merusak sel neuoran secara irreversible.
b.
Retardasi
mental
Retasdasi mental dapat terjadi
karena deficit neurolgis pada demam neonatus.
C. Penatalaksanaan
Menurut Cecily L. Betz (2002 :
halaman 446)
1.
Tes
Diagnostik
Pemeriksaan
yang dapat dilakukan oleh penderita kejang demam adalah :
a.
EEG
Pemeriksaan EEG dibuat 10-14 hari
setelah bebas panas tidak menunjukan kelainan likuor. Gelombang EEG lambat
didaerah belakang dan unilateral menunjukan kejang demam kompleks.
b.
Lumbal
Pungsi
Tes ini untuk memperoleh cairan
cerebrospinalis dan untuk mengetahui keadaan lintas likuor. Tes
ini dapaat mendeteksi penyebab kejang demam atau kejang karena infeksi pada
otak. Pada
kejang oleh infeksi pada otak ditemukan :
1)
Warna
cairan cerebrospinal : berwarna kuning, menunjukan pigmen kuning santokrom
2)
Jumlah
cairan dalam cerebrospinal menigkat lebih dari normal (normal bayi 40-60ml,
anak muda 60-100ml, anak lebih tua 80-120ml dan dewasa 130-150ml)
3)
Perubahan
biokimia : kadar Kalium menigkat ( normal dewasa 3.5-5.0 mEq/L, bayi
3.6-5.8mEq/L)
2.
Terapi
a) Segera
diberikan diezepam intravena dengan dosis rata-rata 0,3mg/kg
atau diazepam rektal dengan dosis ≤ 10 kg = 5mg/kg. Bila diazepam tidak tersedia langsung memakai fenobarbital dengan dosis awal selanjutnya diteruskan dengan dosis rumat.
atau diazepam rektal dengan dosis ≤ 10 kg = 5mg/kg. Bila diazepam tidak tersedia langsung memakai fenobarbital dengan dosis awal selanjutnya diteruskan dengan dosis rumat.
b)
Membebaskan
jalan nafas, oksigenasi secukupnya.
c)
Menurunkan
panas bila demam atau hipereaksi, dengan kompres seluruh tubuh dan bila telah
memungkinkan dapat diberikan parasetamol 10 mg/kgBB/kali kombinasi diazepam
oral 0,3 mg/kgBB
d)
memberikan
cairan yang cukup bila kejang berlangsung cukup lama (> 10 menit) dengan IV
: D5 1/4, D5 1/5, RL.
D. Konsep
tumbuh kembang anak usia 1-3 tahun (toddler)
Menurut Cherry
dkk, (1993) Peristiwa tumbuh kembang pada anak meliputi seluruh proses kejadian
anakterjadi pembuahan sampai masa dewasa. Istilah tumbuh kembang sebenarnya
mencakup peristiwa yang bersifat berbeda, tetap saling berkaitan dan sulit di
pisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Perrtumbuhan berkaitan dengan
masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran, atau dimensi tingkat sel organ
maupun individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram,pond,kilogram)
ukuran panjang (cm,meter).
Perkembangan
lebih menitik beratkan aspek perubahan bentuk atau fungsi pematangan organ
atupun individu, termasuk perubahan aspek social atau emosional akibat pengaruh
lingkungan.
1. Perkembangan fisik
a. Berat
badan
1)
Toddler
menambah berat badan sebanyak 2,2 kg per tahun
2)
Penambah
berat badan menurun secara seimbang
b. Tinggi
badan
1) Tinggi
badan meningkat kira-kira 7,5 cm pertahun
2) Proporsi
tubuh berubah, lengan dan kaki tumbuh dengan laju yang lebih cepat dari pada
kepala dan badan
3) Lordosis
lumbal pada medulla spinalis kurang terlihat
4) Tubuh
anak usia toddler tidak terlalu gemuk dan pendek
c. Lingkar
kepala
1) Fontanel
anterior menutup usia 15 tahun
2) Lingkar
kepala meningkat 2,5 cm pertahun
3)
Gigi,
mulai pertama dan kedua serta gigi taring mulai tumbuh
3. Perkembangan
mental dan kepribadian
a. Fase
perkembangan menurut Freud
1)
Tugas
perkembangan belajar untuk mengatur defekasi dan urenasi
2) Krisis
perkembangan: toilet training
3) Kebutuhan
seksual: sensasi menyenangkan b.d organ seks, mengeksplorasi tubuh secara aktif
b. Perkembangan
kognitif menurut Piaget
Pada
fase ini anak mempunyai sifat yang egosentis yang sangat terpusat pada dirinya
sendiri segala usaha berhubungan dengan dirinya sendiri, yaitu memuaskan
kebutuhan dan keinginannya. Oleh karena itu pada kebutuhan fase ini bersifat
fisik yang berkembang dengan pesat adalah kemampuan –motorik. Perkembangan
motorik pada anak toddler yaitu mengumpulkan benda yang jatuh , mengenakan
pakaian sederhana, meminta bantuan orang lain untuk menggapai hasil.
E.
Konsep
Hospitalisasi Pada anak usia 1-3 Tahun (Toddler)
Hospitalisasi merupakan keadaan dimna orng sakit berada
pada lingkungan rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan dalam perawatan atau
pengobatan sehingga dapat mengatasi atau meringankan penyakitnya.Terapi pada
umumnya hospitalisasi dapat menimbulkan ketegangan dan ketakutan serta dapat
menimbulkan ketegangan dan ketakutan serta dapat menimbulkan gangguan emosi
atau tingkah laku yang mempengaruhi kesembuhan dan perjalan penyakit anak
selama di rawat di rumah sakit. (Wong, 2009:hal 1260)
Menurut Wong (2009:Hal 1260) Hospitalisasi bagi keluarga dan anak dpat dianggap
sebagai :
1.
Pengalaman
yang mengancam
2.
Stresor
keduanya dpat menimbulkan krisis bagi anak dan keluarga
Bagi anak hal ini mungkin terjadi karena :
1.
Anak tidak memahami mengapa riwayat/terluka
2.
Stress dengan adanya perubahan akan status kesehatan,
lingkungan kebiasan sehari-hari.
3.
Keterbatasan
mekanisme koping.
Reaksi
anak terhadap sakit dan hospitalisasi dipengaruhi :
1.
Tingkat
perkembangan usia
2.
Pengalaman
sebelumnya
3.
Support
system dalam keluarga
4.
Keterampilan
koping
5.
Berat
ringannya penyakit
Menurut
A. Aziz alimul hidayat (2006: hal 89 ) Faktor_faktor yang mempengaruhi
Hospitalisasi pada anak :
1.
Berpisah dengan orang tua dan keluarga
2.
Gangguan kontak sosial jika pengunjung tidak diizinkan
3.
Nyeri
dan komplikasi akibat pembedahan atau penyakit
4.
Prosedur
yang menyakitkan
5.
Takut
akan cacat atau mati
Dampak
hospitalisasi pada todller yaitu pengalaman cemas pada perpisahan,protes secara
fisik dan menangis,perasaan hilang control menunjukan temperamental,menunjukan
regresi,protes secara verbal,takut terhadap luka dan nyeri,dan dapat menggigit
serta dapat mendepak saat berinteraksi.
Permasalahan
yang ditemukan yaitu sebagai berikut (A. Aziz alimul hidayat (2006: hal 89 ) :
1.
Rasa
takut
a.
Memandang
penyakit dan hospitalisasi
b. Takut
terhadap lingkungan dan orng yang tidak dikenal
c. Pemahaman
yang tidak sempurna tentang penyakit
d. Pemikiran
yang sederhana : menangis,merengek,mengangkat lengan,menghisap jempol,menyentuh
tubuh yang sakit berulang-ulang.
2.
Ansietas
a. Cemas
tentang kejadian yang tidak dikenal
b.
Protes
(menangis dan mudah mara,merengek)
c.
Putus
harapan: komunikasi buruk,kehilangan keterampilan yang baru tidak berminat
d.
Menyendiri
terhadap lingkungan rumah sakit
e.
Tidak
berdaya
f.
Merasa
gagap kerena kehilangan keterampilan
g.
Mimpi
buruk dan takut kegelapan,orang asing,orang berseragam,dan member pengobatan
dan perawat.
F. Asuhan Keperawatan
1.
Pengkajian
Pada kejang
demam yang paling penting adalah peran perawat selama pasien kejang adalah
observasi kejangnya dan gambarkan kejadiannya. Setiap episode kejang mempunyai
karakteristik yang berbeda misal adanya halusinasi (aura ), motor efek seperti
pergerakan bola mata , kontraksi otot lateral harus didokumentasikan termasuk
waktu kejang dimulai dan lamanya kejang. Selain itu juga riwayat penyakit klien
memegang peranan penting untuk mengidentifikasi faktor pencetus kejang untuk
pengobservasian sehingga bisa meminimalkan kerusakan yang ditimbulkan oleh
kejang. Yang dapat dikaji pada pasien kejang demam antara lain :
a. Aktivitas / istirahat
Keletihan, kelemahan umum, perubahan tonus / kekuatan otot. Gerakan involunter
b.
Sirkulasi
Peningkatan nadi,
sianosis, tanda vital tidak normal atau depresi dengan penurunan nadi dan
pernafasan
c.
Integritas
ego
Stressor eksternal /
internal yang berhubungan dengan keadaan dan atau penanganan, peka rangsangan.
d. Eliminasi
Inkontinensia episodik, peningkatan tekanan kandung
kemih dan tonus spinkter
e. Makanan / cairan
Sensitivitas terhadap makanan, mual dan muntah
yang berhubungan dengan aktivitas kejang, kerusakan jaringan lunak / gigi
f.
Neurosensor
Aktivitas kejang berulang, riwayat truma kepala
dan infeksi serebra
2. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang
mungkin muncul
a.
Resiko tinggi trauma / cidera b/d
kelemahan, perubahan kesadaran, kehilangan koordinasi otot.
Intervensi :
1)
Kaji dengan keluarga berbagai stimulus
pencetus kejang.
2)
Observasi keadaan umum, sebelum, selama,
dan sesudah kejang.
3) Catat tipe
dari aktivitas kejang dan beberapa kali terjadi. Lakukan penilaian neurology,
tanda-tanda vital setelah kejang.
4) Lindungi klien dari trauma
atau kejang.
5) Berikan kenyamanan bagi
klien.
6) Kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian therapi anti compulsan
b. Resiko tinggi terhadap
inefektifnya bersihan jalan nafas b/d kerusakan neoromuskular
Intervensi :
1) Observasi tanda-tanda
vital,
2) Atur posisi tidur klien
fowler atau semi fowler
3) Lakukan penghisapan
lendir,
4)
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
therapi
c. Resiko kejang berulang b/d
peningkatan suhu tubuh
Intervensi :
1) Kaji factor pencetus
kejang
2) Libatkan keluarga dalam
pemberian tindakan pada klien
3) Observasi tanda-tanda
vital
4) Lindungi anak dari trauma
5) Berikan kompres dingin pda
daerah dahi dan ketiak
d.
Kerusakan mobilitas fisik b/d kerusakan
persepsi, penurunan kekuatan
Intervensi :
1) Kaji tingkat mobilisasi
klien
2) Kaji tingkat kerusakan
mobilsasi klien
3) Bantu klien dalam
pemenuhan kebutuhan
4) Latih klien dalam
mobilisasi sesuai kemampuan klien
5)
Libatkan keluarga dalam pemenuhan
kebutuhan klien.
e. Kurang pengetahuan
keluarga b/d kurangnya informasi
Intervensi :
1) Kaji tingkat pendidikan
keluarga klien
2) Kaji tingkat pengetahuan
keluarga klien
3)
Jelaskan pada keluarga klien tentang
penyakit kejang demam melalui penkes
4) Beri kesempatan pada
keluarga untuk menanyakan hal yang belum dimengerti
5)
Libatkan keluarga dalam setiap tindakan
pada klien.
BAB
III
TINJAUAN
KASUS
A. Pengkajian
Dalam
tinjauan kasus ini penulis akan mengurai tentang Asuhan Keperawatan pada klien
An.I dengan Kejang Demam diRuang Picu lantai V RSUD KOJA,yang meliputi
pengkajian,diagnosa keperawatan,perencanaan,inplementasi dan evaluasi.
1.
Data
Biografi
a.
Identitas
klien
Klien
An.I berumur 7 bulan, jenis kelamin perempuan,agama islam,suku bangsa
jawa,bahasa yang digunakan Bahasa
Indonesia, klien belum sekolah.
b.
Identitas
orang tua
Ibu
klien Ny.L berumur 28 tahun,pendidikan terahir SD,bekerja sebagai ibu rumah
tangga,agama islam,suku bangsa jawa.
Ayah
klien Tn.A 30 tahun ,pendidikan terahir SD,bekerja sebagai buruh,agama islam,suku
nya suku jawa.
2.
Resume
An. I berumur 7 bulan dibawa ke
IGD RSUD Koja pada tanggal 8 desember 2011 pukul 01.00 WIB dengan keluhan panas
tinggi 2 hr SMRS, ibu mengatakan klien mulai demam pada pukul 07.00 malam, ibu
mengatakan pada pukul 12.30 klien kejang satu kali dan berlangsung 30 menit,
ibu mengatakan pada saat kejang seluruh tubuh klien kaku, mata mendelik keatas
dan gigi terkunci. Keadaan umum klien saat dibawa ke IGD RSUD Koja klien lemah,
penurunan kesadaran, tanda-tanda vital TD: 97/35 mmhg, N: 161 x/mnt, RR: 26
x/mnt, S: 39, 8 C. Saat di IGD terapi yang telah diberikan IVFD kaen 3b 20ttp,
diberikan pamol suositoria 125 mg, dan telah dilakukan pemeriksaan labolatorium
dan hasilnya Hemoglobin : 10,3 gr/dl, Leukosit : 21.000 ul, Hematokrit : 37
%, Trombosit : 699.000. pada pukul
03.30 WIB klien dipindahkan keruang Picu lantai v RSUD Koja dengan diagnose
medis kejang demam. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan hasil
Kesadaran Somnolent, Klien terlihat sangat lemah, Takikardi, Mukosa bibir
kering, Suara nafas ronchi, Batuk (+), Sputum (+), berwarna putih berlendir,
Dipsnea, Akral dingin, Klien terlihat gelisah, Klien terlihat sulit bernapas,
Klien teraba panas, Warna kulit dan ujung jari-jari sianosis, Klien terpasang
O2 (kanul) dalam 3 lpm, Klien terpasang IVFD K-EN 3B dalam 16 tpm. Dengan terapi yang sudah
diberikan diruangan yaitu IVFD kaen 3b 20ttp terpasang pada ekstremitas atas
sebelah kanan, terapi injeksi (clavamox 2x 300 mg, sagestam 2x 10 mg,
ranitidine 2x10 mg). diberikan pada pukul 11.00 WIB dan pukul 23.00WIB. terapi
obat oral sanmol sirup 3x1cth, psidii syrup 3x1 cth, anafen 3x1 cth.
3.
Riwayat
kesehatan masa lalu
a.
Riwayat
kehamilan dan kelahiran
1)
Antenatal
Kesehatan ibu pada saat kehamilan
cukup baik, ibu telah memeriksakan kehamilannya secara teratur ke bidan
terdekat , menurut pengakuan ibu, ibu telah memeriksakan kehamilannya satu
bulan sekali pada usia 1-7 bulan. 2 minggu sekali pada usia 8 bulan dan 1 minggu sekali
pada usia kehamilan 9 bulan. Dari hasil pemeriksaan kesehatan baik dan tidak
ada kelainan. Ibu mendapatkan imunisasi TT sebanyak 2 kali pada usia kehamilan
4 bulan dan 5 bulan.
2)
Masa
natal
Proses
persalinan Ny.L saat melahirkan An. I yaitu normal dengan usia kehamilan 39
minggu ( 9 bulan 3 minggu). Persalinan ditolong oleh dokter, keadaan bayi saat
lahir menangis, kondisi tubuh sehat dengan BB: 3200 gr, dan Panjang 55 cm.
tidak ada kecacatan dan tidak ada pengobatan yang didapat.
3)
Neonatal
Pada masa neonatal An.I dalam
keadaan normal, tidak mengalami masalah kesehatan seperti cacat congenital,
ikterus, kejang, paralisis, perdarahan maupun trauma persalinan, tidak
mengalami penurunan BB, melainkan menurut ibu berat badan klien pada masa
neonatal terus baik, pemberian ASI langsung di berikan pada saat lahir sampai
An. I berusia 2 bulan.
b.
Riwayat
pertumbuhan dan perkembangan
Menurut ibu
tidak ada gangguan pada pertumbuhan dan perkembangan An. I, ibu mengatakan
sebelum sakit gerakan klien aktif, berbicara beberapa kata.
c.
Penyakit
– penyakit yang pernah diderita
Ibu
mengatakan penyakit yang pernah diderita An. I yaitu demam, pilek, diare.
d.
Pernah
di rawat di Rumah Sakit
Ibu mengatakan pernah di rawat di
Rumah Sakit Firdaus pada tahun 2011 karena Kejang Demam.
e.
Obat
– obatan
Ibu mengatakan jika An.I dirumah
panas, ibu memberikan obat penurun panas yang dibeli di warung terdekat. Selain
itu jika kondisi An.I tidak membaik dan kondisinya bertambah buruk An. I di
bawa ke bidan terdekat kemungkinan obat yang diberikan oleh bidan sesuai
penyakit yang pernah diderita yaitu obat penurun panas, diare, obat penurun
panas.
f.
Tindakan
( misalnya; operasi)
Ibu mengatakan selama ini klien
An.I tidak pernah dilakukan tindakan seperti operasi.
g.
Alergi
Ibu mengatakan An.I tidak
mempunyai alergi baik makanan, obat, udara atau minuman.
h.
Kecelakaan
Ibu mengatakan sejak klien An.I
lahir hingga saat ini tidak pernah mengalami kecelakaan apapun.
i.
Imunisasi
Ibu mengatakan An.I sudah
mendapatkan imunisasi lengkap sesuai umurnya.
j.
Kebiasaan sehari- hari (keadaan sebelum dirawat)
1)
Pola
pemenuhan nutrisi
Ibu mengatakan An.I diberikan ASI
sejak lahir hingga seminggu sebelum masuk rumah sakit sedangkan makanan padat
diberikan pada usia 7 bulan dengan cara disuapi oleh ibunya. Klien
tidak diberikan vitamin. Dalam sehari An.I makan 3x/hr yaitu pagi, siang, sore.
2)
Pola
tidur
Ibu mengatakan setiap harinya
klien tidur kurang lebih 10 jam, klien mempunyai kebiasaan tidur siang lamanya
1 sampai 2 jam, tidak ada kebiasaan sebelum tidur yang dilakukan klien sebelum
tidur.
3)
Pola
aktivitas/ latihan/bermain
Ibu mengatakan setiap harinya
aktivitas yang dilakukan setiap harinya adalah bermain dengan ibu dan kakaknya.
4)
Pola
kebiasaan diri
Ibu mengatakan klien mandi 2x/hr
menggunakan sabun, klien mandi dibantu oleh ibunya, klien cuci rambut setiap
mandi dan menggunakan sampo. Dalam berpakaian klien masih dibantu oleh
orangtua.
5)
Pola
eliminasi
Klien BAB 1-3 x sehari, waktu
tidak tentu, warna feses kuning keciklatan, bau khas, konsistensi padata, cara
spontan, tidak ada keluhan saat BAB, tidak menggunakan laksatif.
Klien BAK kurang lebih 8x sehari,
earna kuning jernih, tidak ada keluhan yang berhubungan dengan BAK.
6)
Kebiasaan
lain
Mempunyai
kebiasaan seperti mengigit jari, penghisapan kuku, menghisap jari.
7)
Pola
asuh
Selama ini
klien diasuh oleh orang tua kandung.
4.
Riwayat
Kesehatan Keluarga
a.
Susunan
keluarga











Keterangan:
![]() |
: laki-laki
![]() |
: perempuan
X :
meninngal
![]() |
: klien
-
- - - - : tinggal satu rumah
Klien adalah anak ke tiga dari
tiga bersaudara, klien berumur 7 bulan, bernama An,I jenis kelamin perempuan,
Anak pertama dan kedua jenis kelamin laki-laki bernama An.A dan An.R usia 10
tahun dan 5 tahun. Usia ibu 28 tahun, ibu klien merupakan anak kedua dari 2
bersaudara, ayah klien merupakan anak pertama dari 3 bersaudara usia 30 tahun. Kedua
orang tua dari ayah dan ibu klien sudah meninggal.
b.
Riwayat
penyakit kelurga
Dalam riwayat penyakit keluarga
klien, ayah klien memiliki penyakit pneumonia.
c.
Koping
keluarga
Di dalam keluarga ayah adalah
pengambil keputusan terhadap berbagai masalah tetapi melalui musyawarah terlebih dahulu dengan
istrinya untuk mencari pemecahan dan mengambil keputusan.
d.
System
nilai
Orang tua klien selalu
mengajarkan nilai moral pada anak, keluarga memepunyai nilai dan kepercayaan
yang cukup baik dan tidak ada nilai- nilai dan kepercayaan yang bertentangan
dengan kesehatan.
e.
Spiritual
Keluarga
menganut agama islam dan selalu menjalankan ibadah sesuai kepercayaannya.
5.
Riwayat
Kesehatan Lingkungan
Klien tinggal dirumah yang jauh
dari jalan raya, keadaan lingkungan bersih . terdapat cahaya dan ventilasi,
lantai rumah klien berkeramik dan bersih.
6.
Riwayat
Kesehatan Sekarang
a.
Riwayat
penyakit sekarang
Ibu klien mengatakan sakit pada
tanggal 8 desember 2011 dengan keluhan demam 2hr SMRS,kemudian klien kejang
satu kali dalam waktu kurang lebih 30 menit, factor pencetusnya adalah demam
tinggi yaitu 39,8, upaya mengurangi yaitu dengan memeberikan sirup penurun
panas, cara masuk Rumah sakit melalui IGD, dikirim oleh dokter, saat dirawat
dirumah sakit suhu badan klien masih turun naik.
b.
Pengkajian
fisik secara fungsional
1)
Data
klinik
Tanda-tanda vital ; Suhu tubuh
38,2c, TD: 97/35 mmhg, N: 161 x/mnt, RR: 26 x/mnt, kesadaran somnolent.
2)
Nutrisi
dan metabolisme
Pemberian makan klien melalui
selang NGT, ibu klien mengatakan berat badan klien sebelum sakit 8,2 kg, ibu
mengatakan tidaka melihat adanya perubahan pada klien, jenis makanan yang
diberikan di Rumah Sakit berupa susu. Klien minum kurang lebih 320 cc, mukosa
bibir kering, warna merah muda, tidak ada lesi, tidak ada kelainan palatum,
tidak terjadi perdarahan pada gigi klien, integritas kulit baik, turgor kulit
kurang dari 3 detik, warna kulit sawo matang
3)
Respirasi
dan sirkulasi
Ibu mengatakan klien batuk, ada
sputum, klien menggunakan alat bantu nafas, pengisian kalpiler kurang dari 3
detik
4)
Eliminasi
Ibu klien
mengatakan tidak ada keluhan saat BAB dan BAK. An I menggunakan pampers jumlah
Bak 7x/hr, tidak ada nokturia, tidak ada dysuria, tidak ada hematuria dan tidak
ada inkontinensia, warna urin kuning jernih, bau khas, klien menggunakan
kateter, tidak terdapat iritasi pada area anus, tidak ada atresia ani, dan
tidak ada prolaps. BAB klien 1 x/hr, bau khas, warna kuning kecoklatan, tidak
berlendir, konsistensi padat, tidak ada diare.
5)
Aktivitas
atau latihan
Ibu klien mengatakan tingkat
kekuatan klien lemah, kemampuan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari di bantu
oleh perawat, bentuk kaki normal, otot kaki lemah.
6)
Sensori
persepsi
Kesadaran somnolen (tidak sadar)
7)
Konsep
diri
Ibu klien mengatakan saat di
rumah sakit klien lemah, tidak ada perkembangan dalam perawatan.
8)
Tidur
atau istirahat
Selama di
rumah sakit klien terlihat tidur dan terbaring lemah
9)
Seksualitas
atau reproduksi
Tidak ada kelainan
10)
Dampak
hospitalisasi
Ibu klien
mengatakan selama di rumah sakit tidak ada perkembangan. Ibu mengatakan tidak
mengerti banyak mengenai penyakit anaknya, ibu mengatakan tidak tahu cara
merawat anaknya, ibu terlihat cemas dan bertanya-tanya mengenai kondisi anaknya
c.
Tingkat
pertumbuhan dan perkembangan saat ini
Pada usia klien saat ini
pertumbuhan klien yaitu berat badan 8,2 kg tinggi badan 56 cm, lingkar kepala
42 cm, dan lingkar lengan atas 13 cm. tidak ada perkembangan pada saat ini
7.
Pemeriksaan
Penunjang
·
Hematologi pada tanggal 10/12/2011
Hemoglobin : 10,3
gr/dl
Leukosit : 21.000 ul
Hematokrit : 37 %
Trombosit : 699.000
·
Analisa
Gas Darah pada tanggal 10/12/2011
PH : 7,321
PCO2 : 48,2
PO2 : 59,4
HCO3 : 24,3
BE : -1,7
02
Saturasi : 88,6
8.
Penatalaksanaan
12
desember 2011
IVFD
Kaen 3B 20 tpm
Therapy
oral:
Sanmol syrup 3x1 cth
Psidi 3x1 cth
Anaphen 3x1
Therapy
parenteral:
Clavamox 2x300 mg
Sagestan 2x10 mg
Ranitidine 2x10 mg
B.
DATA
FOKUS
Data
Subjektif
|
Data
Objektif
|
Tidak ada
|
·
Kesadaran
Somnolent
·
Klien
terlihat sangat lemah
·
Takikardi
·
Mukosa
bibir kering
·
Suara
nafas ronchi
·
Batuk
(+)
·
Sputum
(+), berwarna putih berlendir
·
Dipsnea
·
Akral
dingin
·
Klien
terlihat gelisah
·
Klien
terlihat sulit bernapas
·
Klien
teraba panas
·
Warna kulit dan ujung jari-jari sianosis
·
Klien
terpasang O2 (kanul) dalam 3 lpm
·
Klien terpasang IVFD K-EN 3B dalam 16 tpm
·
Tanda-tanda
vital :
Tekanan
darah : 97 / 53 mmHg
Nadi : 161 x/menit
Rr : 26 x/menit
Suhu : 39.8 C
·
Hasil Laboraturium : Hematologi pada tanggal 10/12/2011
Hemoglobin
: 10,3 gr/dl
Leukosit : 21.000 ul
Hematokrit : 37 %
Trombosit :
699.000
·
Analisa
Gas Darah tanggal 10/12/2011
PH : 7,321
PCO2 : 48,2
PO2 : 59,4
HCO3 : 24,3
BE : -1,7
02
Saturasi : 88,6
|
C.
Analisa
Data
Data
Subjektif dan Objektif
|
Masalah
|
Etiologi
|
Data
Subjektif :
--------
Data Objektif :
·
Pasien tampak gelisah
·
Mukosa
bibir kering
·
Takikardi (N = 161 x/mnt)
·
Kulit teraba
panas (S = 39,8 C)
·
Hasil Lab ;
Leukosit = 21000 /ul
|
Peningkatan suhu tubuh
|
Proses Infeksi
|
Data Subjektif :
------
Data
Objektif :
·
Dispnea
(+)
·
Batuk
(+)
·
Ronchi
(+)
·
Sputum
(+), dengan warna putih berlendir
·
Klien
terlihat sulit bernapas
·
Klien terpasang O2 (kanul) dalam 3 lpm
|
Bersihan
Jalan nafas Inefektif
|
Obstruksi
Trakeobronkial
|
Data Subjektif :
------
Data
Objektif :
·
Dipsnea
·
Klien
terlihat gelisah
·
Hasil Analisa Gas darah tanggal 10/12/2011
PH : 7,321
PCO2 : 48,2
PO2 : 59,4
HCO3 : 24,3
BE : -1,7
02
Saturasi : 88,6
·
Tanda-tanda
vital :
Nadi : 161 x/menit
|
Gangguan
Pertukaran Gas
|
Adanya
Penyumbatan Darah yang Membawa Oksigen
|
Data Subjektif :
------
Data Objektif :
·
Klien
terlihat sulit bernafas
·
Klien
terlihat sangat lemas
·
Suara
nafas ronchi
·
Tanda
– tanda vital :
Rr : 26 x/menit
|
Resiko
terhadap Penghentian Pernapasan
|
Kelemahan
dengan Kehilangan Koordinasi Otot Besar dan Kecil
|
D.
Diagnosa
Keperawatan Prioritas
1. Peningkatan
suhu tubuh (Hipertermi) berhubungan dengan Proses Infeksi ditandai dengan
Data Subjektif :
--------
Data Objektif :
·
Pasien tampak gelisah
·
Mukosa
bibir kering
·
Takikardi (N = 161 x/mnt)
·
Kulit teraba
panas (S = 39,8 C)
·
Hasil Lab ;
Leukosit = 21000 /ul
2. Bersihan
jalan nafas berhubungan dengan obstruksi trakeobronkial ditandai dengan :
Data Subjektif : -----
Data Objektif :
·
Dispnea
(+)
·
Batuk
(+)
·
Sputum
(+), dengan warna putih berlendir
·
Klien
terlihat sulit bernapas
·
Klien
terpasang O2 dalam 3 lpm
3.
Gangguan
pertukaran gas berhubungan dengan adanya penyumbatan darah yang membawa oksigen
ditandai dengan :
Data Subjektif : ---
Data Objektif :
·
Dipsnea
·
Klien
terlihat gelisah
·
Hasil
Analisa Gas darah
PH : 7,321
PCO2 : 48,2
PO2 : 59,4
HCO3 : 24,3
BE : -1,7
02
Saturasi : 88,6
·
Tanda-tanda
vital :
Nadi
: 161 x/menit
4.
Resiko
terhadap penghentian pernapasan berhubungan dengan kelemahan dan kehilangan
koordinasi otot besar dan kecil ditandai dengan :
Data Subjektif : ------
Data Objektif :
·
Klien
terlihat sangat lemas
·
Suara
nafas ronchi
·
Pernapasan
spontan
·
Tanda
– tanda vital :
Rr : 26 x/menit
E.
Rencana
Asuhan Keperawatan
No
|
Diagnosa
Keperawatan
|
Tujuan
& Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Peningkatan
suhu tubuh (Hipertermi) berhubungan dengan Proses Infeksi ditandai dengan
Data
Subjektif : --------
Data Objektif :
·
Pasien tampak gelisah
·
Mukosa
bibir kering
·
Takikardi (N = 161 x/mnt)
·
Kulit teraba
panas (S = 39,8 C)
·
Hasil Lab ;
Leukosit = 21000 /ul
|
Tujuan
:
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan dalam 3 x 24 jam masalah peningkatan suhu
tubuh dapat teratasi.
Kriteria
Hasil :
·
Klien tampak tenang
·
Mukosa bibir lembab
·
Tidak teraba panas
( S
= 36-37 C)
·
Hasil Lab normal
(
5000 – 15000 /ul)
|
1.
Kaji
saat timbulnya demam
2.
Observasi
tanda vital (suhu, nadi, tensi, pernafasan) setiap 3 jam.
3.
Monitor
suhu tubuh setiap 2 jam
4.
Berikan
kompres hangat
5. Anjurkan
pasien untuk banyak minum (2,5 liter/24 jam.±7).
6. Anjurkan
untuk tidak memakai selimut dan pakaian yang tebal
7. Kolaborasi
dalam pemberian terapi cairan intravena dan obat-obatan sesuai program
dokter.
|
1. Untuk
mengidentifikasi pola demam pasien.
2. Tanda
vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.
3. Deteksi
dini terjadinya perubahan abnormal fungsi tubuh ( adanya infeksi
4.
merangsang
pusat pengatur panas untuk menurunkan produksi panas tubuh
5.
Peningkatan
suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi
dengan asupan cairan yang banyak.
6. Pakaian
tipis membantu mengurangi penguapan tubuh.
7.
Pemberian
cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tinggi.
|
2
|
Bersihan
jalan nafas berhubungan dengan obstruksi trakeobronkial ditandai dengan :
Data Subjektif :
-----
Data Objektif :
·
Dispnea
(+)
·
Batuk
(+)
·
Sputum
(+), dengan warna putih berlendir
·
Klien
terlihat sulit bernapas
·
Klien
terpasang O2 dalam 3 lpm
|
Tujuan :
Setelah dilakukn tindakan keperawatan dalam
waktu 3 x 24 jam bersihan jalan nafas menjadi efektif.
Kriteria hasil
:
·
Sekresi mucus berkurang
·
Kejang tidak terjadi
·
Gigi tidak menutup
|
1. Anjurkan klien mengosongkan mulut dari benda.
2.
Letakan klien pada posisi miring dan
permukan datar
3.
Tanggalkan pakaian daerah leher atau
dada dan abdomen.
4.
Masukan spatel lidah.
5.
Lakukan penghisapan lender.
|
1. Menurukna aspirasi atau masuknya benda asing ke faring
2. Mencegah lidah jatuh dan menyumbat jalan nafas
3.
Untuk memfasilitasi usaha bernafas
4. Untuk membuka rahang dan mencegah tergigitnya lidah
5.
Menurunkan resiko aspirasi.
|
3
|
Gangguan pertukaran
gas berhubungan dengan adanya penyumbatan darah yang membawa oksigen ditandai
dengan :
Data Subjektif : ---
Data
Objektif :
·
Dipsnea
·
Klien
terlihat gelisah
·
Hasil
Analisa Gas darah
PH : 7,321
PCO2 : 48,2
PO2 :
59,4
HCO3 : 24,3
BE :
-1,7
02 Saturasi : 88,6
·
Tanda-tanda
vital :
Nadi : 161 x/menit
|
Tujuan :
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan dalam 3 x 24 jam masalah pertukaran gas dapat
teratasi
Kriteria Hasil
:
·
Dipsnea (-)
·
Kesadaran CM
·
Klien tampak lebih nyaman
|
1.
Auskultasi bunyi nafas
2.
Catat kecepatan atau kedalaman
pernafasan
3.
Tinggikan kepala tempat tidur
4.
Hisap jalan nafas sesuai kebutuhan
5.
Kaji perubahan tungkat kesadaran
6.
Selidiki tentang keluhan nyeri dada
7.
Berikan periode istirahat yang cukup
8.
Kolaboraso dengan tim kesehatan lain
dalam pemberian terapi tambahan O2
|
1. Memperkirakan adanya perkembangan komplikasi atau
infeksi
2.
Takipnea, sianosis tak dapat
beristirahat
3.
Meningkatkan fungsi pernafasan
4.
Membantu memberikan jalan nafas
5.
Hipoksemia dapat terjadi akibat adanya
perubahan tingkat kesadaran
6.
Dapat mengembalikan adanya pneumonia
7.
Menurunkan konsumsi O2
8.
Untuk meningkatkan jalan nafas.
|
4
|
Resiko terhadap
penghentian pernapasan berhubungan dengan kelemahan dan kehilangan koordinasi
otot besar dan kecil ditandai dengan :
Data Subjektif : ------
Data Objektif :
·
Klien
terlihat sangat lemas
·
Suara
nafas ronchi
·
Pernapasan
spontan
·
Tanda
– tanda vital :
Rr : 26 x/menit
|
Tujuan :
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan dalam 3x 24 jam tidak terjadi penghentian
pernafasan.
Kriteria hasil
:
·
Tidak ada kejang
·
Tanda-tanda vital normal ;
Rr = 26 - 30 x/menit
·
Terjadi perbaikan pernapasan
|
1. Pertahankan bantalan lunak pada penghalang tempat tidur
dengan dengan tempat tidur yang rendah.
2. Masukan jalan nafas buatan yang terbuat dari plastik
atau biarkan pasien menggigit benda lunak antara gigi.
3.
Observasi tanda-tanda vital
4.
Catat tipe dari aktifitas kejang
5. Lakukan penilaian neurologis, tingkat kesadaran
orientasi.
6.
Biarkan tingkah laku “automatik”
7.
Kolaborasi dengan tim kesehatana lain
dalam pemberian obat anti konvulsi.
|
1.
Mengurangi trauma saat terjadi kejang
2.
Menurunkan resiko terjadinya trauma
mulut
3.
Menentukan kegawatan kejang dan
intervensi yang sesuai
4.
Membantu untuk melokalisir daerah otak
5.
Mencatat keadaan postiktal dan waktu
penyembuhan
6.
Untuk menghindari terjadinya cidera
atau trauma yang lebih lanjut
7.
Untuk mencegah terjadinya kejang
berulang
|
F.
Catatan
Kepearwatan
NO
|
TANGGAL/JAM
|
DIAGNOSA
|
TINDAKAN DAN HASIL
|
PARAF
|
1
|
13-12-11
Jam 08.00
|
Peningkatan suhu tubuh
(Hipertermi) berhubungan dengan Proses Infeksi
Resiko terhadap penghentian pernafasan b.d kelemahan dan kehilangan
koordinasi otot besar dan kecil
Bersihan jalan nafas inefektif b.d obstruksi trakeobronkial
Gangguan pertukaran gas b.d adanya penyumbatan darah yang membawa oksigen
|
h/ suhu badan 38,2 C
h/
Tekanan
darah : 97 / 53 mmHg
Nadi : 161 x/menit
Rr : 26 x/menit
S : 38,2 C
1.
Mempertahankan bantalan lunak pada penghalang tempat tidur dengan tempat
tidur rendah
h/ klien
terlihat nyaman
2. Memasukkan
jalan nafas buatan yang terbuat dari plastic atau biarkan pasien menggigit
benda lunak antara gigi
h/ klien
menggigit benda lunak
1.
Menganjurkan klien mengosongkan mulut dari benda.
h/ tidak
terdapat benda dalam mulut klien
2.
Meletakan klien pada posisi miring dan permukaan datar
h/ klien
terlihat lebih nyaman
1. Mengauskultasi
bunyi nafas
h/ suara nafas
ronkhi
2. Mencatat kecepatan/kedalaman pernafasan, sianosis,
penggunaan otot aksesori
h/ kecepatan
pernafasan 26x/mnt
|
|
2
|
14-12-11
Jam 08.00
|
Peningkatan suhu tubuh
(Hipertermi) berhubungan dengan Proses Infeksi
Resiko
terhadap penghentian pernafasan b.d kelemahan dan kehilangan koordinasi otot
besar dan kecil
Bersihan
jalan nafas inefektif b.d obstruksi trakeobronkial
Gangguan
pertukaran gas b.d adanya penyumbatan darah yang membawa oksigen
|
1.
Memonitor
suhu tubuh setiap 2 jam
h/ :
S:37,3 C
2.
Memberikan
kompres hangat
h/ klien terlihat berkeringat
1. Mengobservasi
TTV
h/ TD: 97/53 mmHg, N: 161 x/mnt,
RR: 26 x/mnt, S: 37,3 C
2. Mencatat
tipe dari aktivitas kejang
h/ tipe: kejang parsial kompleks
1. Menanggalkan
pakaian pada daerah leher atau dada dan abdomen
h/ klien
terlihat lebih nyaman
2. Memasukan
spatel lidah
h/ klien terlihat lebih nyaman
1. Meninggikan
kepala tempat tidur
h/ posisi klien semi fowler
2. Melakukaan penghisapan jalan nafas sesuai kebutuhan
h/ terdapat
secret pada jalan nafas
|
|
3
|
14-12
Jam 14.00
|
Peningkatan suhu tubuh
(Hipertermi) berhubungan dengan Proses Infeksi
Resiko
terhadap penghentian pernafasan b.d kelemahan dan kehilangan koordinasi otot
besar dan kecil
Bersihan
jalan nafas inefektif b.d obstruksi trakeobronkial
Gangguan
pertukaran gas b.d adanya penyumbatan darah yang membawa oksigen
|
1.
Menganjurkan pasien untuk banyak minum (2,5 liter/24
jam.±7).
h/ klien minum 800 cc
2.
Menganjurkan
untuk tidak memakai selimut dan pakaian yang tebal
h/ klien terpakai pakaian yang tipis
1. Membiarkan
tingkah laku automatik tanpa menghalangi
h/ klien terlihat nyaman
2. Melakukan
penilaian tingkat kesadaran
h/ kesadaran klien somnolent
1. Melakukan
penghisapan lendir
h/ terdapat lendir pada jalan
nafas
1.
Mengkaji
perubahan tingkat kesadaran
h/ tidak ada perubahan tingkat kesadaran
2.
Mengkolaborasi
dalam tambahan oksigen
h/
klien menggunakan oksigen
|
|
G.
Evaluasi
NO
|
TANGGAL
& JAM
|
DIAGNOSA
|
SOAP
|
PARAF
|
1
|
15-12
Jam 14.00
|
Peningkatan suhu tubuh
(Hipertermi) berhubungan dengan Proses Infeksi
Resiko
terhadap penghentian pernafasan b.d kelemahan dan kehilangan koordinasi otot
besar dan kecil
Bersihan
jalan nafas inefektif b.d obstruksi trakeobronkial
Gangguan
pertukaran gas b.d adanya penyumbatan darah yang membawa oksigen
|
S : -
O : S : 38,2 C
A
: Masalah peningkatan suhu
tubuh belum teratasi
P :
lanjutkan ke intervensi berikutnya
Monitor suhu tubuh setiap 2
jam dan Berikan kompres hangat
S : -
O :
Klien terlihat menggigit benda lunak
A : Masalah resiko terhadap penghentian
pernafasan belum teratasi
P : Lanjutkan ke planning berikutnya: catat
tipe dari aktivitas kejang, observasi TTV
S : -
O : Tidak terdapat benda dalam mulut klien
A : Masalah bersihan jalan nafas belum
teratasi
P : Lanjutkan ke planning berikutnya:
masukan spatel lidah, tanggalkan pakaian pada daerah leher
S : -
O : Suara nafas ronkhi
A : Masalah pertukaran gas belum teratasi
P : Lanjutkan ke planning berikutnya: Tinggikan
kepala tempat tidur, lakukan penghisapan jalan nafas
|
|
2
|
16-12
Jam 20.00
|
Peningkatan suhu tubuh
(Hipertermi) berhubungan dengan Proses Infeksi
Resiko
terhadap penghentian pernafasan b.d kelemahan dan kehilangan koordinasi otot
besar dan kecil
Bersihan
jalan nafas inefektif b.d obstruksi trakeobronkial
Gangguan
pertukaran gas b.d adanya penyumbatan darah yang membawa oksigen
|
S : -
O : S: 37,3 C
A : Masalah belum teratasi
P : lanjutkan
ke planning berikutnya: Anjurkan
pasien untuk banyak minum (2,5 liter/24 jam.±7).
Anjurkan untuk tidak memakai
selimut dan pakaian yang tebal
S : -
O : Tipe kejang parsial kompleks
A : Masalah
resiko terhadap penghentian pernafasan belum teratasi
P :
lanjutkan ke planning berikutnya:
lakukan penilaian neurologis tingkat kesadaran
S : -
O : klien
terlihat lebih nyaman
A : masalah
bersihan jalan nafas belum teratasi
P : lanjutkan ke planning berikutnya:
lakukan penghisapan lendir
S : -
O : posisi klien semi fowler
A : masalah pertukaran gas belum teratasi
P :
lanjutkan ke planning berikutnya: kaji perubahan tingkat kesadaran
|
|
3
|
17-12
Jam 08.00
|
Peningkatan suhu tubuh
(Hipertermi) berhubungan dengan Proses Infeksi
Resiko
terhadap penghentian pernafasan b.d kelemahan dan kehilangan koordinasi otot
besar dan kecil
Bersihan
jalan nafas inefektif b.d obstruksi trakeobronkial
Gangguan
pertukaran gas b.d adanya penyumbatan darah yang membawa oksigen
|
S : -
O : S: 36,5 C
A : Masalah penimngkatan suhu
tubuh teratasi
P : hentikan intervensi
S : -
O : kesadaran klien somnolent
A : masalah
resiko terhadap penghentian pernafasan belum teratasi
P :
lanjutkan ke planning berikutnya: kolaborasi dalam pemberian anti konvulsi
S : -
O :
terdapat lendir pada jalan nafas
A : masalah
bersihan jalan nafas inefektif belum teratasi
P :
lanjutkan ke planning berikutnya : masukan spatel lidah
S : -
O : Tidak
ada perubahan tingkat kesadaran
A : masalah gangguan pertukaran gas belum
teratasi
P :
lanjutkan ke planning berikutnya: selidiki keluhan tentang nyeri dada
|
|
Nb : belum 100 % benar karena belum di konsultasikan ke dosen tp secara garis besar beginalah cara dari asuhan keperawatan kejang demam..
klo mau copy paste lampirkan link dari Blog ini.
salam sejawat,
Langganan:
Postingan (Atom)